Kehadiran Jeffrie Geovani di pentas demokrasi Sumatera Barat ketika pemilihan gubernur beberapa tahun lalu, jadi pembicaraan rakyat. Mulai dari kalangan ABG (Anak Baru Gede) sampai wanita dewasa, figur Jeffrie yang lebih akrab dipanggil JG singkatan namanya, memang populer di kalangan kaum hawa atau gadis remaja. Ini disebabkan, wajah yang ganteng dan tak kalah dengan bintang sinetron yang sering ditayangkan TV swasta.
Keajaiban yang didapat JG itu merupakan karunia Allah, dan diprediksi lima tahun mendatang ia adalah calon kuat untuk kepemimpinan Sumbar. Ini tak lain berkat kepintaran dan keluwesan berdialog dengan rakyat membuat JG jadi idola. Maka tak mengherankan, ia jadi idola kaum wanita dan membuat calon lain waspada. Karena, selain JG memiliki wajah ganteng, ternyata otaknya juga encer dan memiliki segudang pengetahuan. Bahkan, soal wawasan JG tidak kalah meski ia berusia muda. Namun, kecakapan, wajah dan wawasan tidak menjamin rakyat bakal memilihnya sebagai orang nomor satu di Sumbar. Kendati demikian, terpilih atau tidak, JG tetap tertawa. Karena targetnya bukanlah sebagai gubernur, tapi mendidik rakyat Sumbar bagaimana berdemokrasi yang baik. Bagi JG reformasi kepemimpinan negeri ini sangat penting, karena ia melihat Sumbar sudah jauh tertinggal dibandingkan provinsi lain. Untuk itu, ia bersedia tampil ke depan bertarung dengan empat jagoan yang diusung partai politik masing-masing. Bahkan, saat kampanye JG boleh dikatakan beda dengan kandidat lainnya. Ia berani tampil beda dan melakukan pembaharuan. Gayanya ini mengingatkan kita kampanye yang dilakukan Presiden AS Bill Clinton. Yaitu, menemui rakyat langsung dari pintu ke pintu. Selain itu, spanduk atau brosur yang beredar tidak ada kalimat calon gubernur hanya Nomor Urut 5 dan Berbakti ka Nagari.
Kalimat Berbakti ka Nagari yang tertera di brosur dan spanduk memiliki makna sangat dalam. JG diam-diam melakukan pengabdian ke nagari-nagari di Sumbar atau tanah kelahiran orang tuanya. Dan wajar yang tahu cuma segelintir orang, karena saat itu bukanlah kampanye politik. Sebetulnya sejak awal JG sudah tahu, ia tidak bakalan beruntung dalam kancah perpolitikan Sumbar. Namun, karena panggilan nurani selaku putera daerah ia berani terjun. Dan JG sudah mempersiapkan semua sarana dan prasarana yang bernilai cukup besar. Hasilnya, cukup mengejutkan. Meski ia berpose menyamping dan berlawanan dengan pasangannya Dasman Lanin wajahnya agak ke depan. Ternyata, suara yang ia raih tidak tanggung-tanggung mengalahkan partai besar Golkar dan PPP serta Demokrat. JG menduduki ranking nomor tiga di bawah Irwan Prayitno yang diusung PKS.
Meski belum beruntung JG merupakan asset pemimpin masa depan yang dimiliki Sumbar. Beliau diprediksi lima tahun ke depan, seandainya JG bersedia kembali bertarung memperebutkan kursi nomor satu daerah ini ia merupakan ancaman serius bagi calon-calon Iainnya. Jadi kekalahan atau ketidakberuntungan kali ini, merupakan awal kebangkitan bagi JG untuk memimpin Sumbar ke depan. Ini sebuah pembuktian baginya, bahwa ia adalah Putera Minang yang berhasil di rantau. Ia juga bersyukur, karena saat ini memimpin rakyat yang tidak mengerti sangat sulit dibandingkan yang mengerti.
Ini dapat dicontohkan, perusahaan besar sudah pasti mencari karyawan yang berpengalaman. Karena yang sudah berpengalaman lebih mudah dan akan mengerti pekerjaan, dibandingkan karyawan pemula yang tak tahu apa-apa. Jadi wajar kita mengacungkan jempol kepada JG, karena ia dengan bahagia menerima kekalahannya. Dan rakyat Sumbar menyadari begitu pentingnya reformasi kepemimpinan. Karena selama ini kita sudah dijajah oleh bangsa sendiri lewat kepemimpinan yang korupsi. Pemunculan JG di kampung halaman, merupakan kelanjutan sejarah keberhasilan perantau Minang yang mau kembali dan ingin mengulang sukses di kampung sendiri.
Urang sumando diranah minang ada empat macam, yaitu :
1. Urang Sumando kacang miang gilo mangiek jo manggisia; suka bercerita kejelekan orang lain.
2. Urang Sumando lapiak buruk gilo maulek anak bini; tidak mau tahu urusan saudara sanak famili yang diurus anak bini saja.
3. Urang Sumando langau hijau pangkal bala dalam kampung; sifatnya suka usil (provokator).
Ketiga jenis Urang Sumando di atas tidak terpakai di Ranah Minang. Ibarat sebuah bengkel tempel ban. Ban keras atau lunak tetap dipompa, gosok manggosok asal berlubang diampaleh keluar angin inyo tambal, bocor satu dibilang tiga, bocor dua jadi lima, ini disebut tukang tumbok ban nan mantiko buruak. Akibat perbuatannya itu masyarakat banyak yang terania walaupun kerjanya benar, tetap dinilai jelek, sedangkan tukang tumbok mantiko ini tertawa-tawa saja, hatinya senang melihat orang susah. Ini namanya pimpinan kurang ajar.
Bila kita sebut sebagai pemimpin (guru) sama artinya, berbuat sedikit tidak banyak bicara yakni; Urang Sumando ninik mamak, tempat lawan berbicara (pukek jalo kumpulan ikan) pulang bakeh babarito (setelah bertanya senang hati kita dapat jalan keluar yang terbaik). Menjernihkan air yang keruh (bila salah diluruskan kepada kebenaran) menyelesaikan banang yang kusuik (kerumitan-kerumitan perselisihan yang terjadi dia buat perdamaian ketentraman dalam hidup).
Maka dari itu lebih baik cari istri orang miskin, tapi tahu diri (selaku seorang ibu) dari pada punya istri Orang Kaya Baru (OKB) sakit dibuatnya perasaan ini karena yang ia pikirkan duniawi semata (enak kita menjadi seorang ibu bukan selaku istri).
Jujur dalam pengabdian namun jangan curang dalam pembagian atau curang didalam penempatan posisi jabatan di kantor, nanti orang bilang Malin Kundang.
Datuak yang Minang, bak pepatah: Kaluak paku kacang balimbiang, tampuruang lenggang lenggokkan, baok bajalan ka saruaso, anak dipangku kamanakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan jo raso jo pareso, supayo nagari jan binaso. Datuk di luar Minang : Kaluak paku kacang balimbiang, tampuruang lenggang-lenggokkan, baok bajalan ka saruaso. Den cibuak kau dari baliak dindiang, raso dibibia tapi cawan kamanitiak aia salero. Musim pabilo kabasuo disinan kito malapeh salero.
Ganti rugi dengan ganti balabo itu beda, ganti rugi itu untuk menindas rakyat jadi harus ganti balabo kepada rakyat kalau untuk demi pembangunan rakyat. Kalau ganti rugi otomatis pemerintah akan beruntung. Bukan ganti balabo untuk oknum pemerintah. Sehingga rakyat pun mesti tahu diri dan pemerintahpun mesti membina untuk rakyat. Mari sama-sama kita berdoa dan Insya Allah terkabul dan kita perlu menyadari bukan untuk mencari ribut, pepatah Minang ”sumpah kato balaku”.
Rumah Makan Minang dan Rumah Makan Padang berbeda, Rumah Makan Minang manajemennya bagi hasil atau hitung persen. Kalau Rumah Makan Padang karyawannya digaji. Orang Cina/Jepang makan memakai sumpit, tiga untuk dia, dua untuk orang lain, sedikit tapi hujan rintik-rintik. Orang kita makan pakai tangan, lima jari untuk dia semua atau sekali hujan deras saja, sedangkan orang barat pakai sendok dan garpu lihat situasi yang baik. Itu menunjukkan bagi masyarakat yang tahu, namun bagi masyarakat yang tidak tahu, atau generasi kurang nyambung tidak masalah. Olala.....Olalala.....Lain pula dengan Datuak Dalu sang penjual obat yang telah almarhum, tolong juga diampuni dosanya semasa hidup di dunia. Kalau dia tahu pasti akan terangsang.
Minang itu milik dunia, Ranah Minang milik Sumatera Tengah, Sumatera Barat ibukotanya Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar